Di jalan raya, kita mungkin pernah melihat kejadian seorang pengemudi menyalip sebuah mobil lalu berhenti di depannya, kemudian turun dan sambil memukul kap mobil yang disalipnya berteriak dengan marah, ?Bisa nyetir tidak? Gara-gara kamu nyelonong seenaknya aku jadi nabrak trotoar!?
Sang pengemudi yang disalip dengan sopan menjawab, ?Maaf, saya telah mencederai Anda,? Sambil mengeluarkan kartu namanya ia meneruskan, ?Silakan datang ke kantor, saya akan bertanggung jawab atas kerugian Anda.?
Sang pengemudi yang sedang kesal langsung menyambar kartu nama itu dan membaca: Letnan Jendral Sabarudin. Kontan pucat dan lemas seluruh persendiannya.
Dengan tenang Sang Jendral melanjutkan ?Jangan khawatir, saya bukan kopral, saya bisa mengendalikan diri?.
Marah-marah itu gampang! Tapi marah dengan cara yang tepat, dengan porsi dan waktu yang pas, hanya dimiliki oleh orang-orang yang unggul, yang pandai mengendalikan emosinya.
Emosi menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan seseorang. Emosi juga melindungi manusia dari berbagai bahaya. Emosi sangat mempengaruhi manusia dalam mengambil keputusan. Umumnya makin tinggi kemuliaan seseorang makin pandailah ia mengendalikan emosinya. Pengendalian diri adalah syarat mutlak untuk mencapai prestasinya. Dalam bahasa Al-quran pengendalian emosi yang terkontrol disebut sabar.
Ada tiga jenis kesabaran, yaitu pertama, sabar menghadapi musibah. Kedua, sabar dalam melakukan ibadah. Ketiga, sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.
Nabi yang mulia bersabda, ?Iman itu adalah sabar dan setengahnya lagi adalah syukur. Jika ada orang yang bersyukur tetapi tidak bisa bersabar, imannya tidak sempurna karena ia kehilangan setengah keimanannya yang lain.?
Dalam Quran Surat Al-Baqarah 155-157 disebutkan bahwa ada tiga jenis pahala bagi orang yang sabar, kesejahteraan di dunia dan di akhirat, rahmat dan kasih sayang Alloh dan petunjuk bagi segala kesulitan yang dihadapinya.